No ngutang! Dosa! |
Alasan pertama orang menolak kartu kredit adalah karena kartu kredit dianggap sebagai bentuk hutang yang baru. "Lha, orang tidak punya uang lalu diberikan pinjaman, apakah ini bukan berarti hutang?" Kurang lebih seperti itu yang ada di benak mereka. Makin banyak kartu kredit di dompet maka dianggap makin banyak hutang dan makin berdosa. Sedangkan orang berdosa tidak bakalan masuk surga.
Dalam perspektif yang lebih luas, sebenarnya orang-orang seperti ini tidak paham bahwa semua negara-negara di dunia juga berhutang termasuk Indonesia yang sudah ribuan triliun rupiah. Kalau begitu apakah semua penduduknya tidak akan masuk surga? Bisa saja berkelit bahwa kita bukan pejabat yang memutuskan untuk mengambil hutang sehingga tidak terlibat dan tidak bisa dimintai pertanggungjawaban. Sebenarnya sami mawon (baca: sama saja) karena kita sering menggunakan berbagai infrastruktur negara yang banyak dibangun dengan hutang-hutang seperti itu. Contoh misalnya jalan raya, jembatan, waduk, pasar, gedung sekolah, dsb. Jangan giliran menggunakan mau tetapi giliran urusan surga neraka mau menang sendiri. Hanya Tuhan yang memutuskan siapa yang berhak masuk surga, bukan kita dan tidak siapa-siapa!
Dan ingat satu hal, karena penduduk Indonesia yang suka hidup berfoya-foya serta tidak suka menabung membuat bank-bank nasional tidak mendapatkan simpanan dana. Sehingga tidak bisa menyalurkan kembali kepada pengusaha untuk pembangunan nasional. Secara tidak langsung membuat negara ini kekurangan uang akhirnya harus meminjam ke luar negeri. Jadi siapa bilang sebagai rakyat kita tidak bertanggung jawab atas kondisi hutang negara ini?
Benarkah Kartu Kredit adalah Hutang?
Bagi orang-orang yang menganggap kartu kredit adalah hutang, makin banyak lembaran kartu kredit yang terselip di dompet kita maka semakin mereka merendahkan atau mencibir kita sebagai si tukang ngutang. Padahal mereka tidak menyadari bahwa untuk bisa mendapatkan kartu kredit tidaklah sembarangan. Bukan orang yang tidak punya pekerjaan atau penghasilan lalu tiba-tiba diberikan pinjaman. Atau orang miskin yang tiba-tiba diketuk pintunya diberikan uang. Bukan demikian!
Untuk memiliki kartu kredit diperlukan beberapa persyaratan bahkan sangatlah sulit termasuk pekerjaan, jabatan, jumlah penghasilan, kemampuan membayar/menyicil, alamat tempat tinggal, kondisi finansial, jumlah tanggungan, dsb. Bahkan ada orang yang kaya tetapi tetap saja tidak diberikan persetujuan kepemilikan kartu kredit karena satu dua alasan. Misalnya punya masa lalu yang buruk berkaitan dengan transaksi perbankan. Jadi siapa bilang kartu kredit adalah hutang?
Dalam perspektif yang lebih luas, sebenarnya orang-orang seperti ini tidak paham bahwa semua negara-negara di dunia juga berhutang termasuk Indonesia yang sudah ribuan triliun rupiah. Kalau begitu apakah semua penduduknya tidak akan masuk surga? Bisa saja berkelit bahwa kita bukan pejabat yang memutuskan untuk mengambil hutang sehingga tidak terlibat dan tidak bisa dimintai pertanggungjawaban. Sebenarnya sami mawon (baca: sama saja) karena kita sering menggunakan berbagai infrastruktur negara yang banyak dibangun dengan hutang-hutang seperti itu. Contoh misalnya jalan raya, jembatan, waduk, pasar, gedung sekolah, dsb. Jangan giliran menggunakan mau tetapi giliran urusan surga neraka mau menang sendiri. Hanya Tuhan yang memutuskan siapa yang berhak masuk surga, bukan kita dan tidak siapa-siapa!
Dan ingat satu hal, karena penduduk Indonesia yang suka hidup berfoya-foya serta tidak suka menabung membuat bank-bank nasional tidak mendapatkan simpanan dana. Sehingga tidak bisa menyalurkan kembali kepada pengusaha untuk pembangunan nasional. Secara tidak langsung membuat negara ini kekurangan uang akhirnya harus meminjam ke luar negeri. Jadi siapa bilang sebagai rakyat kita tidak bertanggung jawab atas kondisi hutang negara ini?
Benarkah Kartu Kredit adalah Hutang?
Bagi orang-orang yang menganggap kartu kredit adalah hutang, makin banyak lembaran kartu kredit yang terselip di dompet kita maka semakin mereka merendahkan atau mencibir kita sebagai si tukang ngutang. Padahal mereka tidak menyadari bahwa untuk bisa mendapatkan kartu kredit tidaklah sembarangan. Bukan orang yang tidak punya pekerjaan atau penghasilan lalu tiba-tiba diberikan pinjaman. Atau orang miskin yang tiba-tiba diketuk pintunya diberikan uang. Bukan demikian!
Untuk memiliki kartu kredit diperlukan beberapa persyaratan bahkan sangatlah sulit termasuk pekerjaan, jabatan, jumlah penghasilan, kemampuan membayar/menyicil, alamat tempat tinggal, kondisi finansial, jumlah tanggungan, dsb. Bahkan ada orang yang kaya tetapi tetap saja tidak diberikan persetujuan kepemilikan kartu kredit karena satu dua alasan. Misalnya punya masa lalu yang buruk berkaitan dengan transaksi perbankan. Jadi siapa bilang kartu kredit adalah hutang?
Pengangguran, orang-orang yang tidak memiliki usaha, tidak mempunyai tabungan, tidak memiliki penghasilan tetap, alamat rumahnya tidak jelas, sulit dihubungi, sudah pasti tidak akan mendapatkan atau memiliki kartu kredit. Bukan seperti orang yang tidak punya uang lalu meminjam ke warung di sebelah rumah yang akhirnya tidak mampu membayar sehingga dikejar pakai pentungan. Tidak! Atau nelayan yang kesulitan uang lalu meminjam ke tengkulak yang akhirnya terjerat hutang. Bukan seperti itu! Kalaupun kartu kredit masih dianggap sebagai hutang karena dipinjamkan uang terlebih dulu untuk dipakai maka itu adalah hutang yang bonafit. Sebab tidak semua orang bisa mendapatkannya.
Apalagi saat ini sudah ada yang namanya kartu kredit SCC (secured credit card) di mana kita bisa menempatkan sejumlah dana sebagai jaminan untuk mendapatkan kartu kredit. Jadi siapa bilang adalah hutang? Justru kartu kredit menunjukkan bahwa orang tersebut punya uang! Menganggap kartu kredit adalah hutang kuranglah tepat. Yang membuat seseorang akhirnya jatuh miskin punya hutang di sana sini di segala penjuru mata angin, bukan karena kartu kredit tersebut. Melainkan mentalitas orang tersebut yang tidak beres. Sebelum kartu kredit ditemukan, dunia ini sudah banyak dihuni oleh tukang ngutang yang biasanya cuma mau hidup enak tanpa mau bekerja keras
0 Response to "Hutang dengan Kartu Kredit"
Post a Comment